Menurut MKJI (1997), salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas simpang bersinyal adalah kondisi geometri dan lingkungan. Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk gambar sketsa yang memberikan informasi lebar dari bagian pendekatan yang diperkeras, lebar masuk dan keluar, ada tidaknya median, belok kiri langsung LTOR (Gerak membelok yang dapat dilakukan dalam semua fase tanpa memperhatikan sinyal). Lebar pendekatan untuk tiap lengan diukur kurang lebih sepuluh meter dari garis berhenti. Dalam menamakan pendekatan-pendekatan tersebut, digunakan Utara, Selatan, Timur dan Barat atau tanda lainnya asalkan jelas.
Banyaknya kegiatan samping jalan sering menimbulkan konflik dengan arus lalu lintas, diantaranya menyebabkan kemacetan bahkan sampai terjadinya kecelakaan lalu lintas. Hambatan samping juga terbukti sangat berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan. Diantaranya : pedagang kaki lima, pejalan kaki, pemberhentian angkutan umum dan kendaraan lain, kendaraan lambat (misalnya becak dan kereta kuda) dan kendaraan keluar masuk dari lahan samping jalan.
Hambatan disebabkan oleh empat jenis kejadian yang masing-masing memiliki bobot pengaruh berbeda, yaitu : (Sumber : Alik Ansyori A. 2008)
1. Pejalan kaki (bobot = 0,5) 2. Kendaraan parkir (bobot = 1,0)
3. Kendaraan keluar masuk/berhenti/ke sisi jalan (bobot = 0,7)
4. Kendaraan bergerak lambat (bobot = 0,4)
Data masukan lainnya adalah tingkat hambatan samping, yaitu interaksi arus lalu lintas dan kegiatan disamping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh didalam pendekatan.